Antilock Brake System

 Antilock Brake System

1) Prinsip ABS

        Fungsi sistem rem pada kendaraan pada dasarnya adalah mengurangi kecepatan kendaraan dengan aman dan nyaman dari semua kondisi kecepatan dengan mengubah energi gerak menjadi energi kalor yang dilepaskan karena kontak sepatu rem dengan tromol atau cakram remnya. Namun, jika kondisi kecepatan kendaraan terlalu tinggi, ketika gaya pengereman terlalu besar memungkinkan roda-roda akan mengunci, karena traksi roda dan jalan lebih kecil dari traksi sepatu rem dan tromolnya. Kejadinya ini tentu saja sangat membahayakan, karena gerakan kendaraan menjadi tidak terkendali. Selain itu, kondisi ini juga mengakibatkan efek pengereman kendaraan kurang efektif. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengontrol gaya pengereman supaya menjaga traksi roda dan kendaraan tetap baik tanpa terjadi slip?



Share:

Perawatan dan Perbaikan Sistem Rem Kendaraan

 Perawatan dan Perbaikan Sistem Rem Kendaraan

Perawatan atau pemeliharaan merupakan tindakan pembersihan, pemeriksaan, pengukuran dan penyetelan komponen dan atau sistem, untuk menjaga agar kinerja sistem selalu dalam kondisi optimal. Perbaikan adalah melakukan tindakan memperbaiki komponen yang rusak, cacat, atau aus dan mengganti komponen yang habis masa pakainya karena rusak parah atau habis. Pada sistem rem kegiatan perawatan dan perbaikannya antara lain adalah:


Share:

Prinsip dan Konstruksi Sistem Rem

 Prinsip dan Konstruksi Sistem Rem

Sistem rem kendaraan adalah suatu mekanisme yang secara mendasar berfungsi untuk mengurangi dan atau menghentikan laju kendaraan. Selain itu sistem rem juga berfungsi untuk menahan posisi diam kendaraan, dan pada perkembangannya sistem rem juga dipergunakan untuk mengendalikan kecepatan putar roda. Sistem rem untuk memperlambat dan menghentikan laju kendaraan merupakan fungsi rem utama, sedangkan untuk menahan posisi diam kendaraan adalah merupakan fungsi rem parkir. Perkembangan sistem rem dengan kendali elektronik, menjadikan sistem rem semakin “pintar” yakni dengan mengatur kebutuhan pengereman roda kanan dan kiri sesuai kebutuhan masing-masing.


Prinsip dasar sistem rem mekanis adalah dengan merubah energi gerak menjadi energi panas melalui sebuah gesekan mekanis antara dua obyek, yaitu obyek yang bergerak dan obyek yang diam. Rem bekerja disebabkan oleh gaya yang menekan atau melawan sebuah obyek yang berputar. Energi gerak diubah menjadi energi panas melalui gesekan, sehingga obyek yang berputar menjadi berhenti. Obyek putar biasa berbentuk tromol atau cakram, sedangkan obyek diamnya adalah kampas/ pad. Gambar di bawah ini menunjukkan konsep pengubahan energi gesek menjadi energi panas pada rem tromol.


Gambar 1. Konsep perubahan energi mekanis menjadi panas


Mayoritas sistem rem utama dan rem parkir kendaraan terletak pada roda, dan khusus rem parkir mayoritas kendaraan ada pada roda belakang. Pada kendaraan berat (bus dan truk) rem parkir terletak pada poros keluar transmisi. Pada kendaraan ringan dengan sistem transmisi otomatis, selain rem parkir di roda, juga terdapat posisi “P” pada transmisi yang juga merupakan sebuah unit rem mekanis. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah konstruksi dasar sistem rem, dengan rem depan menggunakan cakram dan belakang menggunakan tromol.

Gambar 2. Konstruksi sistem rem pada kendaraan


Selain sistem rem mekanis, ada juga rem yang memanfaatkan energi pneumatik, yaitu mengendalikan/ mengurangi laju kendaraan memanfaatkan kompresi mesin untuk melawan kelajuan kendaraan, yang biasa disebut engine brake. Rem gas buang tidak digunakan sebagai rem utama melainkan hanya sebagai tambahan. Engine braking secara normal akan mampu mengurangi kelajuan kendaraan walaupun optimalisasinya kurang. Sistem rem gas buang merupakan upaya untuk meningkatkan optimalisasi pengereman dengan mesin. Tidak hanya langkah kompresi yang dimanfaatkan, namun ditambah juga dengan langkah buangnya, yaitu dengan menghambat/ menutup saluran buang. Sistem ini jarang digunakan pada kendaraan ringan, namun banyak ditemukan diaplikasikan pada kendaraan besar (truk & bus), hal ini terkait dengan besarnya energi untuk kompresi pada kendaraan ringan relatif kecil dibanding bus dan truk.


Tipe-tipe rem yang lazim digunakan pada kendaraan ringan dibedakan menjadi beberapa tinjauan. Berdasar tinjauan bidang geseknya dibedakan menjadi dua, yaitu rem tromol dan cakram. Konstruksi rem tromol ada bermacam-macam, antara lain yaitu : leading trailing, two leading, uni servo dan duo servo. Leading trailing menggunakan satu silinder aksi ganda dan anchor, sebagaimana terilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Konstruksi Leading Trailing


Sepatu rem yang mempunyai gerakan searah dengan putaran tromol disebut leading dan yang berlawanan arah putaran tromol disebut trailing. Jadi saat bergerak maju maupun mundur terdapat satu leading dan satu trailing. Sepatu rem leading mempunyai gaya pengereman yang lebih besar karena efek terseretnya sepatu rem oleh putaran tromol. Hal itu biasa disebut self-energizing effect.

 

Model two leading menggunakan dua silinder hidrolik tetap. Pada model single action kedua silindernya hanya mempunyai satu piston, sedangkan yang model double action kedua silindernya mempunyai dua piston. Model single action sering disebut two leading sedangkan model double action sering disebut dual two leading. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi model-model tersebut. Model ini mempunyai keuntungan gaya pengeremannya lebih baik, karena kedua sepatu rem mempunyai self-energizing effect.


Gambar 4. Konstruksi Two Leading dan Dual Two Leading


Model selanjutnya adalah uni-servo. Model uni-servo menggunakan satu silinder tetap dengan aksi tunggal dan satu adjuster model sliding. Model ini juga mempunyai keuntungan gaya pengeremannya baik pada saat maju, karena kedua sepatu rem mempunyai self-energizing effect, namun saat mundur, kedua sepatu menjadi trailing, sehingga gaya pengereman lemah. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi model tersebut.

Gambar 5. Konstruksi Uni-servo

Kelemahan model uni-servo disempurnakan oleh model duo-servo. Model duoservo menggunakan satu silinder tetap dengan aksi ganda dan satu adjuster model sliding. Model ini juga mempunyai keuntungan gaya pengeremannya baik pada saat dan mundur. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi model tersebut.

Gambar 6. Konstruksi duo-servo dan ilstrasi gaya pengeremannya.


Bagian-bagian rem tromol secara umum seperti terlihat pada gambar di bawah ini, sedangkan secara spesifik tergantung dari jenis atau tipenya.


Gambar 7. Nama-nama bagian rem tromol


Konstruksi rem cakram secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu: anchored/ fixed caliper dan floating caliper. Fixed caliper biasa digunakan pada mobil balap, menggunakan dua atau 4 piston sedangkan yang dipasangkan berseberangan. Floating caliper biasa digunakan di mobil kecil, menggunakan satu atau dua piston yang dipasangkan berdampingan. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi jenis-jenis tersebut.

Gambar 8. Konstruksi fixed caliper dan floating caliper


 Berdasar jenis mekanisme pengoperasiannya rem dikelompokkan menjadi mekanik, hidrolik, pneumatik, hidro-pneumatik dan elektronik. Pada sepeda motor masih banyak menggunakan sistem mekanis, baik mekanik batang maupun kabel (push-pull cable). Pada kendaraan ringan yang paling banyak digunakan adalah sistem hidrolik dibantu dengan booster pneumatik untuk sistem rem utamanya, sedangkan untuk rem parkir menggunakan sistem mekanis.

 

Pola dasar sistem hidrolik kendaraan ringan ada dua macam yaitu pola H dan pola X. Pada pola H, caliper ke dua roda depan disuplai dari sumber tekanan master silinder yang berbeda dengan wheel cylinder kedua roda belakang. Pada pola X, keluaran dari master silinder masing-masing menyuplai caliper dan wheel cylinder secara diagonal (depan kanan-belakang kiri dan depan kiri-belakang kanan). Gambar berikut ini menunjukkan lebih jelas mekanisme hidrolik dasar pada kendaraan.


Gambar 9. Konstruksi sistem mekanisme rem hidrolik pada kendaraan


Komponen sistem mekanisme rem hidrolik pada aplikasinya meliputi : pedalbooster, master cylinder, brake lines & brake fluid, proportioning valve, wheel cylinder/ caliper. Pedal rem merupakan pesawat sederhana (pengungkit) yang digunakan untuk meringankan gaya penekanan. Panjang lengan kuasa dikonstruksi lebih panjang daripada penjang lengan beban, agar didapatkan keuntungan mekanis.

Gambar 10. Skema konstruksi pedal rem


Booster digunakan untuk meringankan pengemudi dalam menekan pedal rem. Prinsip kerja booster adalah memanfaatkan perbedaan tekanan antara dua ruangan, constant pressure chamber dan variable pressure chamber. Pengaturan dilakukan dengan valve/ katup yang didorong oleh pedal melalui valve operating rod. Konstruksi booster dapat dilihat pada gambar berikut ini:


Gambar 11. Skema konstruksi booster

Master silinder digunakan sebagai pembangkit gaya fluida. Konstruksi master silinder pada kendaraan ringan mayoritas tandem, yaitu dalam dua unit master silinder (primer dan sekunder) di satukan dalam satu unit konstruksi dengan dipasang berurutan/ sebaris. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi master cylinder tersebut. Unit master silinder dilengkapi dengan tangki cairan sebagai persediaan agar kebutuhan cairan rem selalu terpenuhi. Terdapat sensor pemantau level cairan rem, jika cairan rem kurang, maka indikator rem di dashboard (menjadi satu
dengan indikator rem parkir) akan menyala.


Gambar 12. Konstruksi master cylinder tandem


Gambar 13. Bagian-bagian master cylinder


Master cylinder menghasilkan tekanan hidrolik saat pedal ditekan. Tekanan hidrolik keluar melalui check valve dan jalur pemipaan ke wheel cylinder. Check valve berfungsi untuk menjaga agar tekanan fluida di jalur pipa terjaga pada tekanan tertentu. Terjaganya tekanan pada pipa menjadikan respon pengereman lebih cepat dan mencegah masuknya udara ke saluran cairan rem yang dapat mengganggu kinerja sistem hidrolik.

Gambar 14. Konstruksi check 

     

Konstruksi check valve dapat dilihat pada gambar di atas. Pada saat tekanan master terbangkitkan, cairan rem mengalir dan mendorong check valve terbuka, sehingga cairan rem mengalir lewat bagian tengah katup. Pada saat pedal dilepas, tekanan master turun dan aliran cairan rem kembali dari chamber H ke chamber M melalui point A karena katup tertutup. Point A akan membentuk saluran (terbuka) jika tekanan chamber H lebih tinggi dari tekanan pegas check valve. Saat tekanan fluida di chamber H sama dengan tekanan pegas check valve, maka point A akan tertutup.


Cairan rem (brake fluid) mengalir ke wheel cylinder melalui selang fleksibel dan pemipaan. Selang fleksibel dipasang pada pemipaan yang menuntut adaptasi gerak, yaitu didekat roda, karena roda posisinya variatif oleh adanya sistem suspensi dan kemudi. Cairan rem pada umumnya kendaraan ringan menggunakan cairan rem netral, yaitu DOT 3. Cairan dituntut mempunyai karakteristik khusus untuk memenuhi tujuan penggunaannya, yaitu sebagai cairan tenaga, yang salah satunya harus mempunyai titik didih yang tinggi. Jika cairan rem sampai mendidih dan menguap, maka akan menyebabkan vapor lock, yang menyebabkan tekanan tidak akan diteruskan secara optimal dan bahkan sama sekali tidak diteruskan. Vapor lock terjadi jika kerja rem berlebihan, adanya panas dari imbas gesekan abnormal pada tromol/ cakram, dan atau
karena memburuknya kualitas cairan rem. Udara atau uap dalam sistem hidrolik sangat mengganggu, oleh karena itu perlu tindakan “bleeding” yaitu mengeluarkan udara dari dalam sistem hidrolik.


Pengubah tekanan fluida menjadi gerak mekanis adalah wheel cylinder atau caliper. Tekanan fluida diubah menjadi gerak mekanis oleh piston dan diteruskan ke brake pad atau brake shoe. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi wheel cylinder. Jenis wheel cylinder ada single action (satu piston) dan double action (dua piston).

Gambar 15. Konstruksi wheel cylinder


Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi konstruksi caliper untuk roda depan dan belakang. Konstruksi caliper roda belakang terintegrasi dengan mekanisme rem parkir .

Gambar 16. Konstruksi caliper roda depan dan belakang


Sepatu rem dan pad (kampas rem) berfungsi sebagai media atau bidang geser terhadap tromol dan atau cakram. Kampas rem tromol dipasang menempel pada backing plate. Konstruksi pemasangan kampas terhadap wheel cylinder tergantung pada jenis konstruksinya. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi pemasangan kampas rem pada backing plate. Pegas pengembali dipasang untuk mengembalikan posisi kampas rem setelah gaya dorong fluida hilang saat pedal rem dibebaskan.

Gambar 17. Konstruksi pemasangan kampas pada backing plate


Jarak kampas rem terhadap tromol bertambah akibat keausan kampas rem. Jika jarak kampas rem dan tromol bertambah, maka akan menyebabkan perubahan langkah pedal rem dan juga menyebabkan langkah piston wheel silinder bertambah panjang. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan menyebabkan respon rem lambat, berkurangnya langkah pedal, langkah wheel cylinder terlalu jauh dan akibat fatalnya adalah kegagalan sistem pengereman. Karena itulah maka celah antara kampas dan tromol harus disetel.

Gambar 18. Konstruksi penyetel model terpisah dan terintegrasi


Mekanisme penyetel jarak kampas ada yang menjadi satu dengan wheel cylinder dan ada yang terpisah. Untuk model leading trailing menggunakan penyetel terpisah dan terletak dibagian di sepertiga bagian atas kampas sejajar wheel silinder, maupun terintegrasi pada kedua sisi wheel silinder.













Share:

teknik otomotif

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.